Breaking News

Rabu, 16 Juli 2014

Jelang Pilpres 2014, Merebut Simpati Tanpa Mencela

Oleh : Nyoman Gede Antaguna, SE., SH., MH.

Dok. Balimeter.com
Pemilihan Calon Presiden RI 2014 – 2019 tinggal hitungan hari. Perdebatan siapa calon presiden terbaik semakin sengit. Detik per detik: di media massa, media sosial, di pasar-pasar tradisonal, di super mall, di tempat-tempat keramaian, di sudut-sudut kampus, di mana-mana, dari lorong-lorong kota hingga ke pelosok desa dihiasi pembicaraan calon presiden. Begitu indahnya dinamika demokrasi yang menjunjung tinggi kemerdekaan berpendapat dan kemerdekaan memilih setiap orang.

Mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya, sedalam-dalamnya, sedetail-detailnya dan sebenar-benarnya tentang rekam jejaak calon yang akan dipilih adalah sebuah keniscayaan. Kemerdekaan memilih pada akhirnya diharapkan menjadi sebuah demokrasi rasional, bukan demokrasi “Pokoknya si A” atau “Asal Bukan si B”.

Proses demokrasi melalui pemilihan presiden secara langsung tak kalah penting ketimbang hasil pemilihan. Proses yang baik sudah tentu akan melahirkan hasil yang baik. Jika diumpamakan proses sebagai mesin pencetak hasil, maka mesin tersebut mutlak harus dijaga keberlangsungannya. Jika mesin cetak rusak, maka rusak pula seluruh hasil berikutnya. Di tengah subjektivitas pilihan masing-masing, ada objektivitas proses yang baik menjadi kepentingan bersama untuk dijaga.

Dalam waktu yang relatif sigkat ini, mari kita jelaskan sebaik-baiknya visi dan misi, nilai lebih dan kompetensi masing-masing calon pilihan. Jangan lagi terjebak untuk saling menyerang, saling mencela, saling bongkar kekurangan, dan juga saling melempar isu yang tak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Sebaik-baiknya hasil kerja politik adalah kerja politik mendapatkan dukungan dan simpati terbaik dari rakyat dengan proses yang baik. Tanggungjawab terbesar setiap insan politik bukan hanya sekedar memenangkan pertarungan politik, tetapi memberikan pendidikan politik kepada rakyat suatu keniscayaan.

Perbedaan cara pandang, perbedaan pilihan, perbedaan jalan yang ditempuh dan perbedaan cara kerja bukanlah sesuatu yang terlalu penting untuk diperdebatkan. Tetapi, ada yang lebih penting, yakni tawaran terbaik masing-masing untuk disinegikan. Dengan demikian, rakyat tidak lagi disuguhkan pemandangan usang kontra politik yang meresahkan. Sebaliknya, rakyat mendapatkan pencerahan politik yang menyejukkan. Kesejahteraan yang digembar-gemborkan tidak hanya terpenuhinya kebutuhan rakyat yang bersifat material. Tetapi, terpenuhinya suasana tentram selama proses demokrasi adalah kebutuhan rakyat yang bersifat spiritual.

Demokrasi adalah jalan terbaik yang telah kita pilih untuk mengantarkan rakyat mencapai kesejahteraan. Menjelang perhelatan pesta demokrasi, Pilpres 9 Juli 2014 nanti, telah lahir dua pasang calon presiden dan calon wakil presiden. Semuanya adalah putra terbaik bangsa yang telah teruji melewati tahap demi tahap proses demokrasi. Semuanya telah hadir sebagai anak kandung demokrasi yang kita idam-idamkan. Pasangan nomor urut 1: Prabowo Subianto – Hatta Rajasa. Pasangan nomor urut 2: Joko Widodo – Jusuf Kalla. Di antara kedua pasangan ini, rakyat akan memilih salah satu pasangan terbaik untuk memimpin bangsa ini lima tahun ke depan. Mari kita raih simpati rakyat dengan memberikan informasi sebaik-baiknya calon pilihan kita, tanpa harus saling mencela yang lain.

KNPI Bali sebagai organisasi yang menghimpun seluruh elemen pemuda telah menentukan sikap politik. KNPI Bali telah menjatuhkan pilihan kepada demokrasi yang mencerdaskan. Oleh karena itu, NKPI Bali menyiapkan pentas pencerahan, ruang saling mendengarkan, dan panggung untuk saling meyakinkan

Penulis adalah Ketua Umum DPD KNPI Bali

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Designed By Published.. Blogger Templates